Engkau ingin berjuang,
tapi tidak mampu menerima ujian,
rusak oleh pujian,
tidak sepenuhnya menerima
pimpinan dan tidak begitu setiakawan
Engkau ingin berjuang,
tapi tidak sanggup berkorban,
tidak sanggup terima cobaan dan
hanya ingin jadipemimpin agar pengikut menjadi agak segan
Engkau ingin berjuang,
tapi kesehatan dan kerehatan
tidak sanggup engkau korbankan dan
waktu tidak sanggup
engkau luangkan
Engkau ingin berjuang,
tapi dirimu tidak engkau tingkatkan,
disiplin diri engkau abaikan,
janji kurang engkau tunaikan dan
kasih sayang engkau abaikan
Engkau ingin berjuang,
tapi para tamu engkau abaikan,
anak isteri engkau lupakan dan
ilmu berjuang engkau
tinggalkan
Engkau ingin berjuang,
tapi pandangan engkau tidak diselaraskan,
rasa bertuhan engkau abaikan dan iman
taqwa engkau lupakan
- Qathrunnada -Hudzaifah.org -
Benarkah engkau seorang pejuang?
Mengaku diri sebagai pejuang,
sebagai jundullah,sebagai aktivis,
namun akhlak maupun tsaqafahnya tidak
mencerminkan hal itu.
Mengaku diri sebagai mujahid,
namun niat ternoda oleh selain-Nya.
Inilah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sindir di dalam Al Qur'an,
"Apakah kamu mengira kamu akan dibiarkan saja
mengatakan 'kamiberiman' sedang mereka tidak di uji lagi?"
(QS. AlAnkaabut: 2-3)
Sang Pejuang Sejati
Masing-masing kita sebaiknya mengevaluasi diri,
apakah kita memang sudah benar-benar
menjadi pejuang dijalan-Nya atau jangan-jangan,
baru sebatas khayalan
dan angan-angan kosong belaka.
Inginkan syurga, tetapi
tidak siap menggadaikan diri, harta dan jiwa.
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah
orang-orang yang berjihad di antaramu,
dan belum nyataorang-orang yang sabar." (QS. 3:142).
Ya, kita mengira akan masuk surga dengan pegorbanan
yang sedikit, seakan ingin menyamakan diri dengan
hukum ekonomi kapitalis,
"Mendapatkan output yangsebesar-besarnya, semaksimal mungkin, dengan input
yang seminimal mungkin."Aduhai., sesungguhnya hari akhir itu adalah perkara
yang besar. Dan surga yang luasnya seluas langit dan
bumi itu, sangat mahal harganya.
Rasulullah SAWbersabda,
"Generasi awal sukses karena zuhud dan
teguhnya keyakinan,sedang ummat terakhir
hancur karenakikir dan banyak berangan muluk kepada Allah.
"Saat nasyid-nasyid perjuangan dilantunkan,
gemuruh didalam dada menjadi berkobar-kobar untuk berjuang.
Tetapi sayang,
ternyata hanya tersimpan di dalam dada
dan semangat itu ikut surut seiring dengan berakhir
nyalantunan nasyid.
Tidak keluar dalam amaliyah yang nyata.
Demi Allah., keimanan bukanlah dilihat dari
yang paling keras teriakan takbirnya,
bukan pula dari yang paling deras air matanya kala muhasabah,
dan bukan pula dari yang paling ekspresif
menunjukkan kemarahan kala melihat Israel menyerang Palestina.
Bukan pula dari yang
paling banyak simbol-simbol keagamaannya.
Karena itu semua hanya sesaat.
Sesungguhnya keistiqomahan dalam berjuang,
itulah indikasi keimanan sang pejuang yang sebenarnya.
Pejuang yang sabar menapaki hari-hari dengan
mengibarkan panji IllahiRabbi.
Yang selalu bermujahadah mengamalkan Al Qur'an.
Teguh pendirian. Tak kenal henti.
Hingga terminalakhir, surga.
Pengorbanan
Apakah dengan memakai sedikit waktu untuk berda'wah,
sudah menganggap diri telah melakukan totalitas perjuangan?
Padahal para nabi tidaklah menjadikan
da'wah ini hanya sekedarnya saja,
tetapi sebagaimana dicantumkan dalam
Surat Nuh ayat 5,
"....Wahai Tuhanku,
sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam."
Sejak ayat itu turun,
sang nabi akhir zaman selalu siaga dalam kehidupan.
Bahkan, hingga menjelang ajalnya,
Rasulullah tengah menyiapkan peperangan untuk
menegakkan Al Haq.
Sang pejuang,
tetapi makanannya adalah sebaik-baik makanan,
dan pakaiannya adalah sebaik-baik pakaian.
Dan dengan tanpa rasa berdosa...
p/s: peringatan wat diriku jua.....
No comments:
Post a Comment