Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam beserta keluarga, para Shahabat, para tabi'in, tabi'ut tabi'in dan para penerus perjuangan Beliau hingga akhir zaman.
Ingatlah bahwa wanita itu adalah figur yang dapat menentukan maju mundurnya generasi, oleh karena itulah kaum wanita, terutama wanita muslimah yang shalihah dituntut untuk membekali diri dengan nilai-nilai ajaran Islam yang mencakup semua aspek dalam kehidupan dalam kesehariannya, yang mencerminkan Akhlaqul Karimah. Figur wanita yang menjadi dambaan surga dan insya Allah kelak akan menjadi salah satu penghuninya.
Semoga tulisan ini benar-benar dapat membawa manfaat bagi semua pihak, terutama bagi kaum Wanita muslimah, yang diibaratkan sebagai tiang negara yang apabila wanitanya rusak, maka rusak pulalah negara itu.
BAB I
WANITA DENGAN KHALIQ-NYA
1. Senantiasa Sadar (Eling) dan Waspada.
Pada hakikatnya, semua wanita di dunia ini adalah sama dimata Tuhan, baik yang hitam maupun yang putih, yang cantik maupun yang jelek, yang kaya maupun yang miskin, wanita karir maupun ibu rumah tangga, bagi Allah, dialah yang paling mulia, paling tinggi derajatnya, terutama, apabila wanita itu memang benar-benar beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Bagi seorang muslimah yang senantiasa sadar dan beriman, maka ia akan menganggap apapun peristiwa yang terjadi di dunia ini dan segala peristiwa yang menimpa pada diri manusia adalah merupakan takdir dari Yang Maha Kuasa. Dan dia juga yakin bahwa setiap musibah yang menimpa pada diri manusia itu, pada hakikatnya hanyalah merupakan cobaan atau ujian dari-Nya semata, bukan untuk membuatnya merasa bersalah, bukan pula merupakan murka Allah, namun sebaliknya adalah merupakan penguat jiwa dan penyadaran qalbu, bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah tiada daya upaya, dibandingkan dengan Kekuasaan Allah Yang tiada terbatas.
Kewajiban yang harus dilakukan manusia dalam mengarungi kehidupan ini adalah meniti jalan kebaikan dan juga berusaha sekuat mungkin untuk melakukan amal-amal shalih, apakah itu menyangkut keagamaan maupun hal-hal yang menyangkut keduniawiaan, seraya bertawakkal kepada Allah serta pasrah tunduk kepada ketetapan-Nya, sehingga menimbulkan kesadaran bahwa karena keterbatasan dan kelemahannya sebagai makhluk, ia akan senantiasa membutuhkan pertolongan, bimbingan, rahmat, kasih sayang serta ridha dari Tuhan-nya Allah Azza wa Jalla.
Untuk meraih semuanya itu, wanita Muslimah telah mempunyai seorang figur dari seorang sosok teladan yang benar-benar beriman dan bertaqwa yang karena kekuatan Iman-nya yang begitu besar yang terus mengalir direlung-relung jiwanya, menyebabkan ia menjadi wanita yang sangat ta'at menjalani perintah dari Tuhannya serta tegar dan berani menghadapi segala rintangan hidup, karena ia yakin bahwa Allah akan selalu bersamanya dan pasti akan menolongnya.
Perhatikanlah kisah Siti Hajar saat beliau ditinggal oleh sang suaminya tercinta, Nabi Ibrahim Alaihi Salam, disamping Al-Bait di Makkah Al-Mukarramah, di dekat tenda tak jauh dari sumur Zam-zam. Sementara pada saat itu di Makkah belum terhuni oleh seorang pun manusia serta air pun tidak ada. Siti Hajar hanya di temani bayinya yang masih menyusu, yaitu Isma’il. Kisah ini menyajikan satu gambaran peristiwa yang sangat mengagumkan di kalangan wanita Muslimah, tentang dalamnya Iman dan ketaqwa’an, ketawakalan serta kepasrahan dari seorang Siti Hajar yang sangat mendalam dan utuh kepada Allah Azza wa Jalla. Untuk meyakinkan dirinya, dengan mantap dan ketegaran serta penuh keyakinan, Siti Hajar bertanya kepada nabi Ibrahim a.s, “Allah kah yang memerintahkan engkau berbuat seperti ini kepadaku wahai Ibrahim?” Ibrahim menjawab” Ya, Benar!”. ‘Kalau begitu Dia pasti tidak akan menyia-nyiakan kami.”! Jawab Siti Hajar dengan penuh keridhaan dan disertai keyakinan akan datangnya kabar gembira dan perlindungan-Nya.
Kalau di nalar, sungguh merupakan tindakan yang sangat berat dan mengharukan. Bayangkanlah bagaimana berkecamuk dan hancurnya hati Ibrahim a.s. yang harus meninggalkan istrinya tercinta bersama anak satu-satunya Isma’il yang masih menyusu, seorang anak yang sangat di harapkan kehadirannya selama puluhan tahun dan yang kini, karena mematuhi perintah dari Tuhannya, terpaksa harus ditinggalkannya di tengah hamparan padang pasir yang gersang, tanpa ada tetumbuhkan, tidak ada sumber air, dan bahkan tanpa ada seorang manusia pun di sekitarnya. Namun, meskipun dengan hati yang sangat berat, perintah Rabb-Nya bagaimana pun juga harus dilaksanakan. Demikianlah, dengan penuh kepatuhan dan hati yang bertawakal, kemudian nabi Ibrahim a.s. berbalik kembali ke negeri Syam, yang amat jauh jaraknya dari Makkah. Beliau hanya meninggalkan satu kantong berisi buah kurma dan satu wadah dari kulit yang berisi air minum sebagai bekal bagi istri dan putra tercinta-nya itu. Andaikata tidak ada iman yang mendalam yang memenuhi seluruh relung hati dari Siti Hajar dan tidak ada tawakal yang sedemikian utuh kepada Allah yang menghiasi qalbu Siti Hajar, tak bakalan Siti Hajar mampu menghadapi keadaan pada saat itu.
Dan dari rangkaian peristiwa yang menakjubkan saat itu, telah di abadikan oleh seluruh kaum Muslimin-Muslimah yang menunaikan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram yaitu dengan melaksanakan ibadah Umrah. Juga mereka mengenangnya menjelang malam dan di ujung siang, yaitu di saat mereka mengambil wudhu’ atau menikmati sejuk-segarnya air Zam-zam yang suci lagi barakah. Begitu juga saat mereka melakukan Sa’i dari Shafa ke Marwah, suatu ritual yang merupakan napak tilas serta penghayatan betapa beratnya perjuangan seorang wanita shalihah yang sungguh luar biasa, dimana demi untuk mencari setetes air di padang pasir yang gersang itu, maka tanpa kenal lelah, Siti Hajar terus bolak-balik berlari-lari kecil dari satu puncak bukit ke puncak lainnya, hanya sekedar untuk mencari sumber air minum pada hari yang sangat mendebarkan itu. Dan, karena keteguhan imannya kepada Allah SWT, maka, sebagai ganjarannya, Allah SWT Yang Maha Penyayang, memberinya rahmat karunia dari sisi-Nya yang besar, yaitu berupa munculnya sumber air yang belimpah dari dalam pasir yang gersang, yang kini kita kenal sebagai sumur Zam-Zam, sebuah sumur yang barakah dan yang tak pernah kering hingga hari ini dan insya’allah hingga akhir masa.
Contoh dari Keyakinan imani, ketaqwaan, kepatuhan, ketawakalan, keikhlasan dan kesabaran yang menghiasi jiwa nabi Ibrahim a.s. dan juga istri beliau Siti Hajar, telah membuahkan hasil yang sangat mengagumkan dalam kehidupan orang-orang Muslim dan Muslimah , yang menggugah perasaan dan membangkitkan keyakinan, bahwa sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menyaksikan dan mengetahui semua rahasia dan peristiwa yang terjadi serta Dia senantiasa akan bersama hamba-hamba-Nya, dimana pun mereka berada, baik dalam keadaan sepi maupun ramai. Sebagai gambaran diceritakan dalam sebuah kisah tentang akhlaq dan kejujuran seorang wanita shalihah yang benar-benar beriman pada masa Khalifah ‘Umar bin Khathab r.a. sebagai berikut:
“Pada suatu malam seperti yang biasa di lakukannya, Khalifah ‘Umar bin Khathab r.a. melakukan pemeriksaan di Madinah, tiba-tiba beliau merasa kelelahan. Maka pada tengah malam itu, beliau pun beristirahat dengan duduk bersandar di samping sebuah dinding rumah. Tiba-tiba terdengan olehnya suara seorang wanita yang berkata kepada putrinya, “Wahai anakku, ambillah susu itu dan campurilah ia dengan air biasa!” Terdengar suara putrinya menjawab, “Apakah bunda tidak mengetahui keputusan yang di ambil Khalifah ‘Umar pada hari ini?”. “Keputusan apakah yang diambil beliau hari ini anakku?” Tanya sang ibu.” Putrinya menjawab, “Wahai ibunda, Beliau telah memerintahkan kepada seluruh rakyatnya, bahwa mulai hari ini, susu tidak boleh di campur dengan air”. Kemudian ibunya berkata lagi,”Wahai anakku, jangan hiraukan, ambil saja susu itu dan campurlah ia dengan air, bukankah saat ini kamu berada di suatu tempat yang tidak bisa dilihat oleh Khalifah Umar bin Khathab.?”Putrinya menjawab, ”Aku sama sekali tidak akan mena’atinya disaat ramai dan mendurhakainya di saat sepi.”!
Khalifah Umar yang kebetulan sedang beristirahat di luar dinding rumah itu, mendengar semua percakapan antara ibu dan anak di dalam rumah tersebut. Setelah kembali ke rumah, beliaupun berkata kepada salah seorang pengawalnya, “Wahai Aslam!” Datangi lagi rumah itu dan coba selidiki baik-baik siapa sebenarnya wanita yang menjawab seperti itu dan siapa pula wanita tua yang menjadi lawan bicaranya tadi dan apakah mereka mempunyai suami?” Keesokan paginya, tanpa panjang lebar Aslam menuju rumah yang disebutkan oleh Khalifah Umar untuk memperoleh keterangan sesuai dengan yang diminta oleh Khalifah. Setelah Aslam memperoleh keterangan yang di perlukannya, maka ia lalu melaporkan hasil temuannya itu kepada Khalifah Umar. Ternyata di dalam rumah itu hanya tinggal dua orang wanita; yang satu adalah ibunya dan yang satu lagi adalah putrinya yang masih gadis. Singkat cerita, karena ketaqwaannya, keimanan dan kejujurannya, maka gadis itu kemudian di jadikan menantu oleh Khalifah Umar yaitu di nikahkannya dengan putra beliau yang bernama Hashim. Dan, dari rahim wanita shalihah ini, kemudian lahirlah sosok pemimpin yang besar dan sangat terkenal yaitu Umar bin Abdul Aziz.
Kisah tersebut diatas merupakan kesadaran hakiki di dalam sanubari yang di tanamkan Islam ke dalam jiwa gadis muslimah tersebut. Sungguh akhlak seorang wanita muslimah yang shalihah, yang menggambarkan ketaqwaan yang lurus dan mendalam, walau dalam situasi terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, disaat ramai atau sepi, semata-mata karena keyakinannya bahwa Allah itu senantiasa bersamanya, Yang Maha melihat dan mendengar dan Maha mengetahui segalanya.
Iman yang mendalam, bersih dan jelas ini menambah kepribadian seorang wanita Muslimah menjadi semakin kuat, sadar dan matang. Dia melihat hakekat kehidupan ini sebagai tempat ujuan dan menentukan pilihan. Juga sebagai ladang amal, lalu hasilnya akan di panen pada suatu hari yang tidak pernah diragukan kedatangannya sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Mu’minun ayat 115 yang artinya sebagai berikut:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahkan kamu tidak akan kembali kepada Kami?”.
Juga firman-Nya dalam surat Al-Mulk ayat 1-2 yang artinya:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِتَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌالَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Maha suci Allah yang ditangan-Nyalah segala kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya.. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
Pada hari yang telah ditentukan itu setiap manusia akan mendapat balasan , sesuai dengan tingkat amalannya masing-masing. Jika amalnya itu baik maka akan mendapat balasan kebaikan, begitu pula apabila amalnya buruk, maka akan mendapatkan balasan keburukan.. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah yang artinya:
الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Timbangan (hisab) yang benar-benar detail-rinci dan teliti, disatu pihak merupakan keuntungan, namun dipihak lain merupakan suatu kemalangan yang besar. Sebagaimana firman Allah yang artinya:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُوَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-Nya. Dan,barangsiapa yang mengerjakan keburukan seberat dzarrah pun , niscaya dia akan melihat (balasan)-Nya pula.” (QS.Az-Zalzalah [99 ]: 7-8).
Dan pada hari yang telah di tetapkan-Nya itu, tidak ada sesuatu apapun yang lolos dari perhatian Allah SWT, sekalipun hanya seberat biji sawi, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Anbiya’ [21 ] ayat 47; yang artinya:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئاً وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
“Kami akan memandang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun .Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi sekali pun pasti Kami mendatangkan (pahalanya). Dan cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan”.
Dari ayat-ayat yang telah disebutkan diatas, bagi seorang Wanita Muslimah yang sadar dan lurus serta mau menghayati makna yang terkandung di dalam ayat-ayat suci tersebut, tentunya akan semakin menambah ketaqwa’an, ketawadhu’annya kepada Allah Azza wa Jalla serta akan mengerjakan amalan-amalan yang shalih dan yang di ridhai oleh Allah SWT
2. Beribadah Kepada Tuhan Yang Maha Segala.
“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah amal yang paling utama, ya Rasulullah?” Nabi SAW menjawab: ”Sholat pada waktunya”. Aku bertanya: “Kemudian apa lagi?” Nabi SAW menjawab: ”Berbakti kepada kedua orangtua”. Aku bertanya: “Kemudian apa lagi?”Nabi SAW menjawab: ”Jihad di jalan Allah”. (HR Muttafaqun Alaih)
Yang demikian itu, karena sholat merupakan hubungan bathin antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dan sholat lima waktu ini dalam sabda baginda Rasulullah SAW di umpamakan dengan sebuah sungai air tawar yang mengalir di depan rumah siapa saja!
Hadits selengkapnya sebagai berikut:
“Shalat-shalat itu adalah penebusan dosa yang dikerjakan di antara shalat-shalat itu selama orang itu menjauhi dosa-dosa besar. Allah SWT berfirman;
Wanita Muslimah yang senantiasa sadar (eling dan waspada), akan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan segala sesuatu yang menjadi larangan-larangan Allah SWT, serta menyerahkan seluruh jiwa raganya hanya kepada Allah semata, artinya setiap kali melakukan ibadah-ibadah yang fardhlu maupun yang sunnah, semuanya itu di lakukannya semata-mata karena mengharapkan ridhla Allah bukan karena yang selain-Nya. Dan untuk mencapai semua itu, sudah barang tentu dia harus melaksanakan kewajiban kewajiban-kewajiban yang di syari’atkan oleh Islam dan melaksanakan semua rukun-rukunnya dengan cara-cara yang yang baik sempurna sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan tuntunan As-Sunnah. Seorang Wanita Muslimah tidak memilah-milah jenis ibadah yang ringan, tidak meremehkan dan melalaikan, dan juga tidak berlebih-lebihan dalam arti melakukan ibadah sebatas kemampuan yang dimilikinya, tidak lebih dari itu.
3. Mengerjakan Sholat Lima Waktu
Mengerjakan sholat lima waktu adalah merupakan kewajiban bagi setiap orang Muslim, baik itu laki-laki maupun perempuan dan diharuskan tepat pada waktunya, tidak melalaikan ketepatan waktu itu karena disibukkan oleh pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dalam kapasitas dirinya sebagai ibu dan istri. Allah SWT berfirman:
إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً
“Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisaa’ [4]: 103)
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda sebagai berikut:
“Allah mewajibkan shalat lima waktu kepada hamba-hamba-Nya. Barangsiapa melaksanakannya dan tidak melewatkannya sedikit pun karena meremehkannya, dengan perantaraannya, ada janji Allah baginya untuk memasukkannya kedalam surga. Barangsiapa yang tidak mengerjakannya, tiadalah baginya janji Allah; melainkan --jika Dia mau--, Dia mengazabnya atau memasukkannya ke dalam surga.”
Sholat itu merupakan tiang agama. Barangsiapa yang menegakkannya dengan baik dan benar, berarti dia telah menegakkannya, dan barangsiapa yang meninggalkannya, berarti dia telah merobohkan agama. Sholat adalah merupakan puncak dari segala amal perbuatan dimana apabila sholatnya baik maka segala amal perbuatannya menjadi baik pula. Begitu pula sebaliknya, apabila sholatnya itu jelek, maka segala amal perbuatannya juga jelek. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud r.a., dia berkata:
“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah amal yang paling utama, ya Rasulullah?” Nabi SAW menjawab: ”Sholat pada waktunya”. Aku bertanya: “Kemudian apa lagi?” Nabi SAW menjawab: ”Berbakti kepada kedua orangtua”. Aku bertanya: “Kemudian apa lagi?”Nabi SAW menjawab: ”Jihad di jalan Allah”. (HR Muttafaqun Alaih)
Yang demikian itu, karena sholat merupakan hubungan bathin antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dan sholat lima waktu ini dalam sabda baginda Rasulullah SAW di umpamakan dengan sebuah sungai air tawar yang mengalir di depan rumah siapa saja!
Hadits selengkapnya sebagai berikut:
“Perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sungai air tawar yang mengalir di depan rumah siapa saja di antara kalian. Ia mandi di situ setiap hari lima kali. Apakah menurut kalian hal itu akan meninggalkan kotoran pada tubuhnya?” Para shahabat berkata, “Tidak sedikitpun.” Beliau lantas bersabda, “Shalat lima waktu itu dapat menghilangkan dosa sebagaimana air membersihkan kotoran.” (HR Muttafaqun Alaih)
“Shalat-shalat itu adalah penebusan dosa yang dikerjakan di antara shalat-shalat itu selama orang itu menjauhi dosa-dosa besar. Allah SWT berfirman;
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّـيِّئَاتِ
“Sesungguhnya kebaikan itu menghapuskan perbuatan-perbuatan buruk.” (QS.Hũd [11]: 114)
(Maksudnya, dihapuskan dosa hingga tidak tersisa sedikitpun, seolah-olah tidak pernah ada).
Akan tetapi Allah SWT dengan rahmat-Nya yang amat luas memberikan solusi mudah untuk membersihkan diri dari noda-noda dosa, diantaranya adalah dengan ber-wudhu' sesempurna mungkin, kemudian sholat dengan sepenuh khusu’, sehingga diharapkan ketika seseorang itu selesai melaksanakan keduanya (wudhu' dan sholat), ia bersih dari dosa-dosa yang telah dilakukannya.
Dan sholat adalah merupakan rahmat Tuhan yang paling besar kepada hambanya, karena dengan mengerjakan dosa-dosanya dapat terputuskan, maksudnya selain daripada dosa-dosa besar. Sebagaimana sabda Nabi Shalallaahu Alaihi Wassallam yang diriwayatkan Dari 'Utsman bin Affan r.a., yang bunyinya adalah sebagai berikut:
"Setiap orang muslim, apabila tiba waktu sholat wajib, lalu dia wudhu' sesempurna mungkin, sesudah itu dia sholat se-khusu' mungkin, niscaya Allah menghapus dosa-dosanya yang telah lalu selama dia tidak berbuat dosa besar. Demikianlah halnya sepanjang masa." (Shahih Muslim-No. 179)
Masih banyak diantara hadits Nabi Shalallaahu Alaihi Wassallam yang menjelaskan tentang sholat, baik keutamaan maupun kebaikan-kebaikannya bagi laki-laki maupun wanita muslimah yang mau melaksanakannya, yang kesemuanya itu menegaskan sekian banyaknya kebaikan yang bisa diperoleh laki-laki atau wanita yang melaksanakannya, selagi mereka melaksanakannya itu benar-benar karena Allah, bukan karena yang lainnya dan mereka melaksanakannya dengan sepenuh khusyu’, tawadhu’ serta istiqomah.
4. Menyempurnakan Pelaksanaan Sholat
Bagi seorang wanita Muslimah yang senantiasa bertaqwa dan sadar akan kewajibannya untuk mengerjakan sholat lima dengan sempurna dan baik, yaitu dikerjakan secara khusyu’ dan kehadiran hati, menjiwai di dalam qolbu serta ketundukan seluruh anggota badan. Firman Allah:
حَافِظُواْ عَلَى الصَّلَوَاتِ والصَّلاَةِ الْوُسْطَى
“Sholatlah kamu karena Allah dengan khusyu’.” (QS Al-Baqarah [2]:238)
Nabi Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda:
Ahli ma’rifat berkata,”Sholat itu ada empat hal, yaitu dimulai dengan ilmu, berdiri dengan rasa malu, ditegakkan dengan keagungan, dan keluar darinya dengan rasa takut.”Sementara seorang guru sufi berkata,”Barangsiapa yang hatinya tidak menyatu dengan hakikat, rusaklah sholatnya.”
Firman Allah SWT dalam al-Qur’an yaitu dalam surat Al-Ma’rij:
Saat mengerjakan sholat itu hendaknya bisa menjiwai dan menghayati dari makna ayat-ayat al-Qur’an yang dibacanya serta makna tasbih dan do’a yang diucapkannya dengan penuh kesadaran (tidak lalai hatinya), sehingga seluruh relung-relung jiwanya ditaburi ketundukan kepada Allah, hatinya dipenuhi hidayah, rasa syukur dan ‘ubudiyah kepada Tuhan-Nya. Terkait dengan adab bathin dalam sholat, yaitu sikap yang “Khusyuk”, yang merupakan inti daripada ibadah sholat yang diterima di sisi Allah, Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda:
"Tiadalah seorang hamba memperoleh sesuatu dari shalatnya selain yang dilakukannya dengan kesadaran.”
"Tiadalah seorang hamba memperoleh sesuatu dari shalatnya selain yang dilakukannya dengan kesadaran.”
Diriwayatkan bahwa amalan hamba yang pertama kali di hisab pada Hari Kiamat adalah sholat. Jika didapati sempurna, diterima darinya dan juga amalan-amalannya yang lain. Akan tetapi, jika didapati cacat, dikembalikan salat itu kepadanya dan juga amalan-amalan lainnya. Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda: “Perumpamaan sholat fardhu adalah seperti timbangan. Barangsiapa yang menyempurnakannya, berarti sempurnalah ia.”
Dalam hadits lain, Beliau Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda:
“Barang siapa yang mendirikan sholat pada waktunya, membaguskan wudhu’nya; serta menyempurnakan rukuk, sujud dan kekhusyukannya, maka sholat itu naik kelangit dalam rupa wajah putih bercahaya. Ia berkata, ‘Semoga Allah memeliharamu sebagaimana engkau telah memeliharaku. Namun sebaliknya, apabila sholatnya dilaksanakan diluar waktu, tidak menyempurnakan rukuk dan sujud serta tidak ditaburi dengan khusyuk yang sedemikian rupa, maka bisikan syaitan akan mempengaruhi dan mengalihkan jiwanya dari kekhusyukan hati dan kejernihan fikiran, sehingga tidak lagi bisa menghayati Kalam-kalam Allah yang di bacanya dan dzikir yang di ucapkannya, maka yang diperolehnya hanyalah rasa letih dan lelah saja namun, sholatnya itu sama sekali tidak mempunyai nilai di sisi Allah SWT. Inilah yang dimaksudkan dengan “orang-orang yang melalaikan sholat”.
“Barang siapa yang mendirikan sholat di luar waktunya; tidak membaguskan wudhu’nya; serta tidak menyempurnakan rukuk, sujud dan kekhusyukannya, maka sholat itu naik kelangit dalam rupa wajah hitam kelam. Ia (sholat itu) berkata, ‘Semoga Allah menelantarkanmu sebagaimana engkau telah menelantarkanku.” Dan dengan kehendak Allah, sholat itu dilipat sebagaimana pakaian manusia dilipat, lalu di pukulkan ke wajah orang itu.” Beliau SAW juga pernah bersabda: ”Sejelek-jelek manusia adalah yang mencuri dalam sholatnya.” {yaitu tidak menyempurnakan rukuk, sujud & kekhusyukannya}
Ahli ma’rifat berkata,”Sholat itu ada empat hal, yaitu dimulai dengan ilmu, berdiri dengan rasa malu, ditegakkan dengan keagungan, dan keluar darinya dengan rasa takut.”Sementara seorang guru sufi berkata,”Barangsiapa yang hatinya tidak menyatu dengan hakikat, rusaklah sholatnya.”
Bagi wanita Muslimah, apabila telah selesai mendirikan sholat tidak semestinya dia langsung meninggalkan tempat sholatnya untuk menyibukkan diri dalam berbagi pekerjaan rumah tangga atau kesibukan lainnya. Dianjurkan agar setelah selesai sholat, luangkanlah sedikit waktu Anda untuk ber-istighfar memohonkan ampunan-Nya sebanyak tiga kali, dilanjutkan dengan berdzikir menganggungkan nama-Nya dengan kalimat-kalimat tasbih (Subhanallah) -tahmid (Alhamdulillah) -takbir (Allahu Akbar), masing-masing sebanyak 33x dan digenapkan menjadi 100 kali dengan bacaan: “LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAHU, LAHUL-MULKU WA LAHUL-HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIR”
Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam yang diriwayatkan Imam Muslim yang artinya adalah: “Barang siapa bertasbih kepada Allah setiap kali selesai sholat sebanyak 33 kali, bertahmid kepada Allah sebanyak 33 kali, bertakbir kepada Allah sebanyak 33 kali, yang jumlah seluruhnya ada 99 kali, dan mengucapkan kelengkapan 100 kali-nya dengan kalimat “Tiada Tuhan selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya kerajaan dan milik-Nya pujian Dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu,” maka kesalahan-kesalahannya diampuni, sekalipun sebanyak buih di lautan.”(HR Imam Muslim)
Setelah membaca kesemua Istighfar dan dzikir tersebut diatas, hendaklah diteruskan dengan memanjatkan do’a munajat memohon kepada Allah Azza wa Jalla, agar semua urusannya di lancarkan dan dibaguskan, baik dalam urusan duniawi maupun ukhrowi, diberikan kenikmatan yang hakiki yaitu kenikmatan di dunia dan di akhirat, serta di beri-Nya petunjuk jalan yang lurus dalam segala urusannya. Dengan cara beginilah setiap wanita Muslimah dapat keluar dari sholat dalam keadaan bersih jiwanya, tenang hatinya dan suci ruhnya. Dalam keadaan begitu setiap wanita Muslimah akan dapat menghadapi setiap cobaan rintangan yang menghadang baik dalam kehidupannya di masyarakat maupun di dalam rumah-tangganya. Sholat yang khusyuk akan menimpa jwa seorang wanita Muslimah menjadi kuat dan tegar serta selalu ikhlas dan sabar setiap kali di timpa sesuatu hal yang kurang menyenangkan berupa kehilangan,kegagalan, musibah dan sebagainya, dan apabila dia di beri limpahan nikmat karunia berupa rizki yang berlimpah dari Allah SWT, maka ia akan senantiasa mensyukurinya dengan mengeluarkan sebagian rizkinya itu untuk berzakat-infak-sadaqoh dengan sepenuh ikhlas, tanpa disertai rasa ujub maupun riya’.
Inilah keadaan orang-orang yang senantiasa melaksanakan sholatnya dengan baik, meluruskan niat dan memfokuskan fikiran hanya kepada-Nya, banyak berdoa & istighfar di saat sujud serta menyempurnakannya dengan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT dan bershalawat kepada Rasul-Nya.
Firman Allah SWT dalam al-Qur’an yaitu dalam surat Al-Ma’rij:
إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعاً وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعاً إِلَّا الْمُصَلِّينَ
الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُومٌ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُومٌ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Sesungguhnya manusia itu di ciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat, yang mereka itu tetap mengerjakan sholatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta-minta)”(QS.Al-Ma’rij [70]: 19-25)
Demikian diantara keutamaan dan kelebihan orang-orang atau wanita Muslimah yang senantiasa mengerjakan sholat lima waktu dengan sempurna dan dengan penuh ke khusyu’an serta istiqomah di dalam melaksanakannya (Bersambung)..
Demikian diantara keutamaan dan kelebihan orang-orang atau wanita Muslimah yang senantiasa mengerjakan sholat lima waktu dengan sempurna dan dengan penuh ke khusyu’an serta istiqomah di dalam melaksanakannya (Bersambung)..
P/S: Bacaanku mencari ilmu (^^,*)
di blog :http://hariswanindra.blogspot.com/2010/05/wanita-dambaan-surga
No comments:
Post a Comment